Samarinda, KompasOtomotif - Perjalanan tim Avanzanation
Journey wilayah Indonesia Tengah berlanjut dari Samarinda menuju Kutai,
Jumat (14/2/2014). Sebelum meninggalkan Kota Tepian, rombongan tak mau
kehilangan kesempatan mengabadikan beberapa lokasi selama perjalanan
menarik. Setiap momen yang dilalui selama perjalanan menjadi lumbung
ilmu pengetahuan, yang tak diperoleh dari balik bangku pendidikan
formal.
Dayak Kenyah
Salah satunya, belajar
budaya Suku Dayak Kenyah langsung di Taman Budaya Pampang di Samarinda.
Mereka bermigrasi pada 1967 dari kampung halaman asli di Apokayan,
Kabupaen Malinau, Kalimantan Timur. Keputusan meninggalkan desa supaya
dekat dengan perkotaan, sehingga bisa memperoleh pendidikan dan akses
pada kebutuhan dasar sehari-hari.
Saat ini, tidak kurang dari 800
jiwa yang tinggal di desa Pampang. Di lokasi ini seluruh tim
Avanzanation Journey Indonesia Tengah sempat bercengkrama langsung
dengan penduduk setempat termasuk diajari tarian tradisional.
Ada
juga berbagai jenis cinderamata lokal unik yang khas, karena dibuat
langsung oleh warga setempat (handmade). Mulai dari kalung, gelang, ikat
pinggang, topi tengkorak, dan paling terkenal tas bambu berbentuk oval.
Masjid Terbesar
Lokasi kedua yang disambangi tim
adalah Masjid Islamic Center Samarinda, yang dikenal sebagai salah satu
ikon kota. Masjid ini bukan sekedar tempat ibadah warga muslim, tetapi
juga pusat ilmu pengetahuan Islam. Bagunannya seluas 43.500 meter
persergi dengan 7 menara. Menara utama menjulang sampai 99 meter. Empat
menara di setiap sudut tingginya 70 meter dan dua menara lain di kedua
sisi gerbang masuk mencapai 57 meter.
Begitu luasnya lokasi ini
menjadikan masjid tersebut terbesar kedua di Indonesia, setelah
Istiqlal, Jakarta. Menariknya lagi, pembangunan masjid ini juga
melibatkan dua presiden Indonesia sekaligus. Pada waktu awal
pembangunan, 5 Juli 2001, disaksikan langsung oleh Megawati Soekarno
Putri (Presiden ke-5) dan setelah 7 tahun pembangunan, akhirnya di
resmikan Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden ke-6), 16 Juni 2008.
Menyeberang
Siang menjelang sore, rombongan
melanjutkan perjalanan menuju Tenggarong, Kutai. Menariknya, rombongan
harus menyeberang Sungai Mahakam, 1 km menggunakan kapal kelotok. Tiga
Avanza dinaikkan ke perahu secara hati-hati sambil mepertimbangkan
keseimbangan kapal. Butuh 15 menit bagi rombongan untuk sampai di Kutai.
Sembari
menikmati perjalanan menuju tengah kota, tim menyempatkan mampir ke
Istana Sultan Kutai yang juga dikenal dengan Museum Mulawarman, di
Tenggarong, Kuta Kertanegara. Istana ini punya bangunan seluas 2.270
meter persegi merupakan saksi bisu dari pemerintahan Kesultanan Kutai
yang berakhir pada 1960 silam.
Istana kemudian sempat dikuasai
Sultan AM Parikesit sampai 1971. Bangunan ini kemudian diserahkan pada
Pemerintah Daerah Kalimantan Timur, 25 November 1971. Untuk melestarikan
bangunan ini, pemerintah provinsi menyerahkan tanggung jawab
pengelolaan gedung pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk diubah
jadi museum negara, dan diberi nama Mulawarman.
Meski hanya punya waktu singkat, rombongan menyempatkan diri untuk masuk
ke dalam menyaksikan apa saja yang bisa dilihat. Ternyata banyak
barang-barang sejarah peninggalan kesultanan Kutai lama, mulai dari
singgasana, keris, tombak, meriam, prasasti, sampai keramik China. Malam
ini, tim akan istirahat di Kutai dan melanjutkan perjalanan menuju
Balikpapan, Sabtu (15/2/2014).