KompasOtomotif — Konverter katalisis atau
catalytic converter
(CC) tidak terlalu banyak diketahui kalangan awam. Perangkat ini mulai
digunakan di setiap mobil baru di Indonesia pada 2007. Saat itu, standar
Euro2 diberlakukan untuk gas buang. Untuk memenuhi standar tersebut,
setiap kendaraan bermesin diesel dan bensin harus menggunakannya. Tentu
saja ini termasuk mobil paling laris di Indonesia, Toyota Avanza dan
Daihatsu Xenia, dan terakhir pada LCGC Ayla dan Agya.
Mahal
CC berupa katalisator yang dipasang di
ruang setelah saluran buang. Fungsinya menyaring hidrokarbon (bensin
yang belum atau tidak terbakar) dan polutan lain yang dihasilkan oleh
mesin. Hanya sebagian kecil orang yang tahu, katalisator ini harganya
mahal. Pasalnya, ia dibuat dari bahan platinum (platina) dan paladium.
Karena itu pula, bisnis pengumpulannya (daur ulang) berkembang, termasuk
di Tanah Air.
Beberapa tahun lalu di Amerika Serikat, perangkat ini jadi sasaran
pencuri. Lebih khusus lagi, yang dicuri kebanyakan dari SUV berpostur
tinggi. Salah satu keuntungannya, kotak atau tempat CC berada di kolong.
Di Indonesia, beberapa produsen Jepang cukup cerdik. Mereka menempatkan
langsung CC setelah area pembuangan gas di dekat blok mesin, dan
disatukan dengan rumah sensor oksigen. Hal ini tentu saja membuat maling
tidak mudah untuk mencomotnya!
Cara kerja
Katalisator CC adalah saringan
berbentuk sarang lebah yang dibuat dari logam platinum atau paladium
yang disatukan melalui blok keramik. Ketika gas buang menyentuh logam
(katalisator), reaksi kimia terjadi berupa penghilangan beberapa
kandungan atau senyawa yang berbahaya, seperti hidrokarbon (HC).
Alhasil, gas buang yang keluar dari knalpot bisa lebih bersih. Sementara
itu, logam yang digunakan sebagai katalisator tidak berubah sifat.
Kendati demikian, berdasarkan penelitian, umur pakai logam yang
digunakan pada CC juga mengalami degradasi (penurunan kemampuan). Pada
komponen saat ini, setelah digunakan 100.000 km, kemampuannya menurun 35
persen.
Bila diukur berdasarkan lamanya mesin hidup berdasarkan jarak, maka
usianya bisa saja lebih pendek. Pasalnya, kemacetan semakin parah
sehingga mesin bekerja lebih lama (termasuk CC), sementara jarak tempuh
mobil lebih sedikit. Di lain hal, nilai logam yang digunakan pada CC
bisa mencapai 60 persen-70 persen dari total harga CC.
Sebagai contoh, kalau dijual sebagai komponen pengganti
atau onderdil (suku cadang) oleh perusahaan mobil dengan harga Rp 5 juta, maka nilai katalisatornya saja Rp 3 juta–Rp 3,5 juta!