KompasOtomotif - Joe berbicara di Chicago Economic Club, akhir pekan lalu menyerang
kebijakan Jepang yang memanipulasi nilai tukar yen terhadap dollar
Amerika Serikat (AS). Alhasil, produsen Jepang untung banyak dari hasil
ekspor ke AS.
"Lapangan kerja di AS dalam risiko besar! Ini
masalah besar. Manipulasi nilai tukar merupakan hambatan baru di abad
ke-21," jelas Hinrich dikutip
Bloomberg (7/2/2014).
Pejabat
tinggi Ford menuntut kesepakatan Trans-Pasific Partnership harus
detail, terutama kebijakkan nilai tukar satu negara dan keterbukaan
pasar. Dewan Kebijakkan Otomotif AS yang mewakili Trio Detroit (General
Motors, Ford dan Chrylser) sudah menyusun tuntutan mereka terhadap
kerjasama ekonomi itu.
"Ketika Toyota mengatakan, setengah
keuntungan perusahaan mereka berasal dari nilai tukar yen yang lemah,
berati ini masalah besar," tukas Hinrich.
Pelemahan nilai tukar
yen, memberikan keuntungan 2.000 dollar AS (Rp 24,3 juta) untuk setiap
mobil Jepang yang dijual di AS. Selama ini Ford mendukung perdagangan
bebas di AS, namun perlu diubah seiring bergulirnya kesepakatan
trans-Pacific Partnership. Wajib menjamin persamaan hak di setiap negara
anggota.
"Ini merupakan pidato yang tepat pada waktu yang pas.
Perjanjian perdagangan memuluskan semuanya dan harus adil," komentar
Stephanie Brinley, analis senior dari IHS Automotive.